TARAKAN – Tawuran antar mahasiswa yang terjadi di Tarakan beberapa waktu lalu, akhirnya dilakukan mediasi oleh pihak Universitas Borneo Tarakan dengan mengundang korban, pelaku, saksi dan orang tua kedua belah pihak. Mediasi dilakukan di Gedung Rektorat Universitas Borneo Tarakan, Kamis (7/11/2023).
Rektor UBT Tarakan, Adri Patton mengatakan pihaknya menyesalkan kejadian perkelahian yang melibatkan mahasiswanya. Terlebih, tawuran ini telah diketahui tidak hanya di Kaltara melainkan di seluruh daerah di Indonesia. Hal ini menyebabkan nama universitas tercoreng dan seseorang enggan untuk berkuliah di UBT.
Dilanjutkannya, mediasi yang dilakukan hari ini, kata dia, merupakan cara untuk menyelesaikan konflik yang telah terjadi. Harapannya seluruh pihak yang berkonflik dapat menemukan solusi terbaik untuk semua pihak.
“Setiap kali ada keributan, saya selaku rektor selalu bertanggung jawab. Saya sudah melapor kepada Kapolres Tarakan bahwa UBT akan melakukan mediasi dan sepenuhnya menyerahkan kepada kami,” ucap Adri.
Kendati demikian, Adri mengatakan apabila kasus ini terindikasi kriminal maka hal itu bukan ranah kampus melainkan tugas aparat penegak hukum. Pihak kampus hanya akan memberi sanksi akademis. Mulai dari tidak diperbolehkannya mengikuti kuliah selama dua hingga empat tahun sampai dengan drop out.
“Ketika penegak hukum memberi sanksi pidana maka akan diikuti sanksi akademis. Nanti dari Wakil Rektor tiga bidang kemahasiswaan yang menentukan. Tapi ini kita ini tunggu dulu perkembangan mediasi,”katanya. Adri berharap persoalan tawuran seperti ini tidak lagi terjadi dan meminta mahasiswa untuk fokus belajar dengan bersungguh-sungguh.
Hingga berita ini diturunkan, proses mediasi masih berlangsung. Mediasi dimulai pada pukul 10.00 Wita. (apc/and)
Reporter: Ade Prasetia
Editor: Andhika