spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Pastikan Tarakan Bebas dari Beras Plastik

TARAKAN – Masyarakat di seluruh Indonesia tak terkecuali di Kota Tarakan dalam beberapa hari ini dihebohkan oleh isu beras yang diduga mengandung bahan plastik. Hal ini buntut beredarnya video yang memperlihatkan beras diduga plastik di wilayah Aceh.

Menanggapi hal tersebut Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Tarakan memastikan tidak ada beras sintesis yang mengandung bahan plastik beredar di Tatakan. Hal tersebut dipastikan setelah pihaknya melakukan pengawasan secara langsung dibeberapa toko beras yang ada di Kota Tarakan.

“Itu isu yang dibuat orang iseng aja, selama ini teman teman di bidang ketahanan pangan selalu mendeteksi beras, apakah ada kutu, apakah ada bahan pengawet dan lain sebagainya. Tidak hanya beras Bulog namun juga beras lainnya.  Selama ini kami tidak temukan, baik melalui uji lab ataupun secara kasat mata,” ucap Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Tarakan, Elang Buana , Selasa (24/10/2023).

Elang mengatakan tidak mungkin seseorang memproduksi beras plastik. Sebab, biaya produksinya lebih tinggi. Dia memastikan bahwa isu itu hoax atau berita bohong. Untuk itu, Elang menghimbau masyarakat tidak perlu khawatir sebab pihaknya rutin melakukan pengecekan.

Dia mengatakan ketersediaan stok beras di Tarakan relatif aman. Bahkan, stoknya aman hingga tiga bulan ke depan. “Di Tarakan ini tiga atau empat bulan ke depan beras pasti ada. Itu hanya dari Bulog saja belum yang lain,”tegasnya.

Kendati demikian, dia tak menampik bahwa 98 persen kebutuhan beras di Tarakan masih bergantung kepada wilayah Jawa dan Sulawesi. “Sekitar 98 persen kebutuhan beras masih bergantung pada Jawa dan Sulawesi. Produksi beras di Tarakan masih sangat sedikit hanya cukup untuk 5 hari,” kata Elang.

Elang menuturkan, jika Tarakan ingin swasembada beras maka diperlukan 3500 hektar lahan dengan lima kali panen dalam dua tahun. Dia menyebut di Tarakan memiliki ribuan hektar, hanya saja belum dimanfaatkan untuk pertanian beras karena minimnya peminat. Menurutnya, Tarakan memiliki cukup air yang dibutuhkan untuk dapat meningkatkan produksi pertanian beras. Hanya saja para petani lebih memilih komoditas lain untuk ditanam.

“Para petani lebih banyak memilih komoditas mana yang lebih untung. Jadi lebih memilih petani sayur dibandingkan dengan petani tanaman pangan. Lebih banyak keuntungan petani sayur sehingga banyak petani memilih itu,” ucapnya. Alasan lainnya mengapa petani di Tarakan lebih memilih menanam komoditas sayuran ketimbang beras, lanjut Elang, karena masa panen yang lebih cepat sehingga perputaran keuangan bisa lebih cepat. “Selain itu, produksi beras membutuhkan proses yang lebih panjang,” pungkasnya. (apc/and)

Reporter: Ade Prasetia
Editor: Andhika

16.4k Pengikut
Mengikuti

BERITA POPULER