TARAKAN – Proses pendataan calon peserta Sekolah Rakyat masih menemui sejumlah kendala di lapangan. Salah satunya terjadi di Kelurahan Karang Anyar Pantai.
Lurah Karang Anyar Pantai, Yohanes Kalodang Patongloan, mengungkapkan bahwa pendataan melibatkan 33 Rukun Tetangga (RT) di wilayahnya.
“Karena RT yang paling tahu di wilayah kerjanya masing-masing warga yang sesuai dengan aturannya, bahwa warga yang betul-betul miskin sering. Sehingga RT yang kita sama-sama turun untuk mendata,” kata Yohanes, Rabu (2/7/2025).
Menurutnya, terdapat berbagai persoalan yang muncul selama proses pendataan, salah satunya adalah keengganan orang tua untuk melepas anak mereka bersekolah di sistem berasrama.
“Kita sudah kasih tahu anaknya tinggal mau sekolah, semuanya ditanggung dari pemerintah. Tapi orang tuanya tidak tega, masalah asrama ya,” ujarnya.
Bahkan ada kasus di mana anaknya ingin sekolah, tetapi ditolak oleh orang tuanya. Hingga saat ini, data yang masuk dari Kelurahan Karang Anyar Pantai baru mencakup enam anak.
“Ya itu pun masih mau diverifikasi di lapangan nanti. Jadi datanya kita sudah mulai dari akta kelahirannya, foto rumahnya, dan kesiapannya,” tambahnya.
Yohanes mencontohkan, salah satu kasus di RT 18, di mana keluarga calon peserta sedang mengalami kesulitan.
“Jadi adik-adiknya itu yang kita kasih masuk karena orang tuanya cerai, dan perumahan itu mau disita bank lagi. Kemarin kasihan, kalang kabut, sudah mau makan tidak ada. Ya kami carikan bagaimana supaya kami hantar satu karung lagi untuk menyambung hidupnya,” jelasnya.
Enam nama yang telah terdata saat ini, sudah dikirim ke Dinas Sosial (Dinsos) untuk proses verifikasi lebih lanjut. Sementara itu, kata dia, Wali Kota Tarakan menargetkan satu siswa dari setiap RT untuk bisa mengikuti program Sekolah Rakyat.
Menurut Yohanes, persoalan serupa juga terjadi di hampir semua wilayah: anak siap sekolah, tapi orang tua tak rela anaknya tinggal di asrama.
“Padahal kita sudah imbau orang tuanya masuk kategori miskin, iya, tapi dia gak mau kalau anaknya terpisah,” bebernya.
Dia menambahkan, sebenarnya banyak anak-anak dari kawasan pesisir yang memenuhi kriteria. Namun, mayoritas dari mereka tinggal di tambak, dan orang tua enggan melepaskan mereka.
“Kendala-kendala kita, sebenarnya di pesisir banyak, tapi kebanyakan masuk di tambak, jaga tambak. Yang kedua, ada juga tapi orang tuanya tidak mau lepas, mungkin banyak ketakutan kali,” kata Yohanes.
Penulis: Ade Prasetia
Editor: Yusva Alam