Free Porn
xbporn
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Festival Miskat, Jepen, dan Kuliner Khas Kutai 2024 Resmi Dibuka Bupati Kukar

TENGGARONG – Dalam upaya melestarikan kearifan lokal, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Kartanegara (Kukar) kembali menggelar Festival Lomba Miskat, Lomba Jepen, dan Lomba Kuliner Khas Kutai 2024. Acara yang berlangsung selama lima hari, dari 16 hingga 20 Juli 2024, ini dibuka secara resmi oleh Bupati Kukar, Edi Damansyah.

Festival ini diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata (Dispar) Kukar dan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) Kukar, sebagai bagian dari Program Kutai Kartanegara Kaya Festival (K3F). Program tersebut merupakan salah satu wujud dedikasi Kukar Idaman yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kukar 2021-2026.

Edi Damansyah menyampaikan bahwa tahun 2024 menandai penyelenggaraan ketiga dari festival ini. “Ini adalah langkah bersama pemerintah daerah untuk melestarikan kearifan lokal Kutai,” ujarnya dalam sambutannya pada Selasa (16/7/2024).

Baju Miskat, yang telah ditetapkan sebagai pakaian resmi Aparatur Sipil Negara (ASN) setiap hari Kamis, merupakan salah satu contoh nyata pelestarian kearifan lokal yang diterapkan oleh Pemkab Kukar. Selain itu, tarian Jepen, baik tradisional maupun modern, selalu dihadirkan sebagai pembuka dalam berbagai acara pemerintahan tanpa menghilangkan unsur asli budayanya.

“Dengan demikian, nuansa tradisional tetap terjaga, sementara kreativitas terus berkembang, sehingga menjadi daya tarik tersendiri,” tambah Edi.

Edi juga mendorong sanggar-sanggar tari di setiap kecamatan untuk aktif melestarikan seni dan budaya asli Kutai. Ia berharap melalui festival ini, seni budaya tidak hanya dilestarikan, tetapi juga dipromosikan, yang pada gilirannya dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di Kukar.

Ke depannya, Edi berharap festival seperti ini tidak hanya digelar di lingkup Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dan kecamatan, tetapi juga dapat diperluas hingga ke tingkat satuan pendidikan di Kukar, terutama SD dan SMP, untuk mengenalkan kearifan lokal sejak dini.

Yang terpenting, menurut Edi, festival ini harus memberikan dampak nyata terhadap perekonomian masyarakat. Oleh karena itu, ia meminta Dispar Kukar untuk melakukan evaluasi agar festival-festival seperti ini tidak hanya melestarikan budaya, tetapi juga mendorong perputaran ekonomi lokal.

“Kita tahu bagaimana dampak positif dari festival ini, bukan hanya dalam pelestarian budaya, tapi juga dalam perputaran ekonomi,” tutup Edi. (ADV)

16.4k Pengikut
Mengikuti

BERITA POPULER