TENGGARONG – Demi meningkatkan budaya literasi masyarakat, Perpustakaan Desa Loa Duri Ilir yang berada di komplek perkantoran Desa Loa Duri Ilir, Jalan Kampung Jawa, Kecamatan Loa Janan Kutai Kartanegara, selalu menggelar kegiatan literasi. Hal ini dikatakan oleh Pustakawan Desa Loa Duri Ilir Andi Muhammad Arsyad.
“Salah satu upaya kami agar menarik masyarakat untuk ke perpustakaan adalah dengan menggelar pelatihan dan perlombaan,” ujarnya pada Senin (23/10/2023).
Pelatihan yang sudah digelar ada beberapa pelatihan yang muaranya adalah penciptaan jiwa kewirausahaan pada masyarakat. Yakni, seperti pelatihan pembuat kopi profesional yang biasa disebut Barista, juga pelatihan pengolahan makanan snack dan pengemasannya.
“Besok Selasa (24/10/2023) kita juga adakan pelatihan pembuatan konten digital,” katanya.
Saat ini kata Andi, pihak perpustakaan akan memfokuskan untuk meningkatkan budaya literasi untuk anak-anak jenjang sekolah SD, SMP dan SMA.
“Kita fokus untuk anak sekolah, karena agar melatih kebiasaan anak untuk membaca. Oleh sebab itu saya akan rapatkan dengan sekretaris untuk membuat lomba-lomba pengembangan literasi, seperti lomba puisi, lomba mendongeng, lomba bertutur dan lomba berpantun,” paparnya.
Hal ini dilakukan agar mendongkrak budaya membaca di kalangan masyarakat desa yang berpenduduk 14.000 jiwa ini.
“Kendala kita memang rendahnya budaya membaca, karena era digital masyarakat banyak teralihkan ke handphone. Oleh sebab itu kita memancing masyarakat untuk nembah wawasannya kita adakan pelatihan,”tukasnya.
Diketahui saat ini, perpustakaan Desa Loa Duri Ilir memiliki 2.500 eksemplar koleksi buku, dengan bermacam tema seperti agama, fiksi, budidaya ternak, budidaya tanaman, buku cerita anak, otomotif dan buku pelajaran sekolah.
“Kita baru juga mendapatkan bantuan sapras dari Perpusnas, yakni satu rak buku tambahan, dan 3 komputer. Pihak desa menambah wifi satu, dan bangunan kita ini tergolong baru dibangun tahun 2021 dibangunkan oleh pemkab,” terangnya.
Andi berharap pihak desa bisa menambah karyawan khusus Perpustakan. Karena jika sesuai aturan, perpustakaan desa minimal ada 5 orang pustakawan, agar adanya pembagian tugas dan bisa memajukan perpustakaan desa.
“Saya butuh tambahan karyawan, biar ada yang fokus promosi dan ada yang fokus pelayanan. Saya pun berharap intinya perputakaan ini bukan hanya menjadi gudang buku dan tempat baca, tapi bisa dijadikan wadah mengekpresikan diri agar anak-anak bisa berkembang potensi literasinya,” pungkasnya. (adv/and)