TARAKAN – Naiknya harga sayur mayur di Kota Tarakan imbas cuaca ekstrem tengah menjadi perhatian semua pihak, salah satunya Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara).
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kaltara, Hasiando Ginsar Manik, mengatakan langkah ideal menyikapi hal ini adalah menciptakan sistem pertanian yang tidak bergantung pada cuaca.
Kata Hasriando, BI bersama Pemprov Kaltara tengah berupaya membangun pertanian modern yang lebih tahan terhadap perubahan iklim.
“Tentu ini butuh proses dan investasi, tetapi sangat penting untuk ketahanan pangan daerah,” ujar Hasiando dalam pertemuan dengan awak media di Kantor BI Kaltara di Tarakan, belum lama ini.
Selain mendorong pertanian modern, BI juga mengusulkan strategi jangka pendek, dengan mendatangkan pasokan sayur dari daerah yang produksinya berlebih.
Langkah ini diharapkan dapat menekan kenaikan harga menjelang Bulan Ramadan dan Idulfitri, ketika permintaan sayur meningkat tajam.
Menurutnya, ketahanan pangan di Kaltara harus terus dikembangkan, agar daerah ini tidak selalu bergantung pada pasokan dari luar. Untuk itu, BI telah berkoordinasi dengan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) guna mendorong penggunaan teknologi pertanian modern.
“Sekarang sudah ada beberapa metode pertanian modern seperti green house dan aplikasi digital yang membantu petani dalam produksi,” jelasnya.
BI juga telah melakukan pembinaan terhadap beberapa kelompok tani sebagai proyek percontohan. Harapannya, pertanian Kaltara bisa bertransformasi dari tradisional ke modern, sehingga produksi lebih stabil.
Meski begitu, Hasiando mengakui bahwa langkah cepat yang bisa diambil saat ini adalah, menjalin kerja sama dengan daerah penghasil sayur lainnya untuk memastikan pasokan tetap terjaga.
“Kami terus berupaya agar inflasi terkendali, terutama dari sektor pangan. Namun, jangka panjangnya, pertanian di Kaltara harus lebih mandiri dan tidak lagi bergantung pada pasokan luar,” pungkasnya.
Penulis: Ade Prasetia
Editor: Yusva Alam