TANJUNG SELOR – Sebagai antisipasi terhadap adanya bencana kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di wilayah Bulungan. Pemerintah Kabupaten Bulungan, bentuk Masyarakat Peduli Api (MPA), sebagai upaya mencegah dampak besar yang ditimbulkan dikemudian hari.
Kepada wartawan Asisten I Bidang Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Kabupaten (Setkab) Bulungan, Jamal menerangkan kabupaten Bulungan termasuk daerah dengan potensi bencana karhutla dengan kategori tinggi.
Hal ini kemudian, dilihat daripada jumlah titik panas (hotspot) yang terdeteksi sepanjang tahun ini. Titik panas ini terpantau melalui aplikasi Sipongi milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Dia menggarisbawahi, pengendalian karhutla di Bulungan, mendapat atensi dari pemerintah pusat. Sebab, banyak dampak yang ditimbulkan dari bencana tersebut. Pasalnya, bencana karhutla dapat berdampak terhadap kesehatan, serta terganggunya jalur transportasi darat, sungai dan udara.
Selain itu, karhutla juga dapat menyebakan terganggunya hubungan antar negara tetangga akibat kabut asap dari karhutla. “Oleh karena itu, berbagai upaya dilakukan Pemda Bulungan untuk meminimalisir bencana tersebut,” tukasnya.
Salah satunya, melakukan sosialisasi tentang bahaya dan dampak negatif karhutla kepada masyarakat yang bermukim di wilayah rawan terjadi karhutla. “Upaya ini kita lakukan, dengan membentuk masyarakat peduli api,”bebernya.
Dikatakan, sepanjang 2022-2023, Pemda Bulungan melalui BPBD Bulungan telah membentuk MPA di 13 desa. Selain itu, ada 3 desa yang membentuk secara mandiri dan 6 desa dibentuk oleh KLHK.
Setelah terbentuk MPA, tentu menjadi tanggung jawab pemerintah daerah melalui BPBD Bulungan melakukan pembinaan secara terarah dan terencana bagi MPA yang ada, demi memastikan MPA yang sudah terbentuk mampu berperan aktif dalam mengendalikan kejadian karhutla. Dalam hal ini, dia berharap dan berpesan kepada seluruh anggota MPA, supaya dengan serius mengikuti kegiatan yang telah dilaksanakan.
Terpisah Kepala BPBD Bulungan, Rafidin mengungkapkan bahwa MPA terbukti efektif dalam menanggulangi bencana karhutla di daerah. Hal ini dikarenakan, MPA lebih memahami geografis wilayahnya sehingga memudahkan dalam melakukan upaya pencegahan dan penanggulangan. “Iya, mereka lebih memahami geografis wilayahnya. Jadi, penanggulangan karhutla bisa lebih cepat,” tegangnya.
Meskipun MPA baru terbentuk, BPBD Bulungan telah memberikan pelatihan dasar melalui bimtek guna meningkatkan keterampilan dan pengetahuan mereka terkait penanggulangan karhutla. Hal ini penting dilakukan mengingat intensitas karhutla tertinggi di Bulungan terjadi di wilayah Kecamatan Tanjung Palas Timur. “Tahun 2023 di wilayah ini dikenal sebagai lahan gambut yang merupakan sumber utama karhutla di Bulungan,” tukasnya.
Umumnya, kata dia kejadian karhutla di Bulungan terjadi dari rens waktu Juli-November karena bertepatan dengan musim tanam. Sehingga, penting bagi masyarakat di wilayah tersebut untuk memahami risiko karhutla serta peran penting MPA dalam mengendalikan dan meminimalisir dampak bencana.
Dengan adanya upaya dari pemerintah daerah dan BPBD Bulungan,diharapkan kesadaran dan kepedulian dari MPA akan menjadi kunci sukses dalam penanggulangan karhutla di Bulungan. Melalui bimtek yang diselenggarakan, diharapkan para anggota MPA mampu mengaplikasikan pengetahuan. “Harapannya mereka dapat bertugas dengan efektif di lapangan,” tandasnya. (tin/and)
Editor:Â Andhika