TARAKAN – Tarakan menjadi daerah dengan angka stunting terbaik di Kalimantan Utara. Angka stunting terakhir di Kota Tarakan sebesar 15,6 persen menurun jauh dari sebelumnya yakni 25,9 persen
“Tarakan tahun 2021, 25,9 persen turun menjadi 15,6 persen di 2022 , ini sesuatu luar biasa. Tarakan jadi kota terbaik di Kaltara dengan penuruan mencapai 10,4 poin. Nasional peringkat tiga, di Kaltara peringkat pertama terbaik,” ucap Subkoordinator TimTPPS Kaltara, Musa di Tarakan, Senin (27/11/2023).
Subkoordinator Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS( Kaltara, Musa, mengungkapkan, berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, Kabupaten Tana Tidung menempati kasus stunting tertinggi disusul Nunukan, Malinau, dan Bulungan. “Tana Tidung 30,7 persen, Nunukan 30,5 persen dan Bulungan 18,9 persen,” ungkapnya.
Terpisah, Wali Kota Tarakan, Effendhi Djuprianto mengatakan, pihaknya sedang mengejar penurunan stunting paling tidak tiga persen di tahun 2023.
Effendhi yang juga Ketua Tim Percepatan Penurunan Stunting Tarakan mengatakan, pentingnya kolaborasi lintas sektor guna mencapai target tersebut. Dia tak menampik ada beberapa kendala dalam upaya menurunkan stunting, salah satunya demografi Kota Tarakan yang merupakan wilayah transit.
“40 persen penduduk Kaltara ini ada di Tarakan dan wilayah kita pun hanya 250 Km persegi, sehingga ini perlu menjadi perhatian tersendiri. Kota ini juga menjadi tujuan urbanisasi, yang berpeluang di antara mereka datang ke Tarakan membawa anak-anak yang stunting,” paparnya.
Untuk itu, dia meminta peran lintas sektor semakin diperkuat. Penurunan angka stunting di samping dilakukan melalui intervensi APBN, juga dapat dicarikan solusi dari berbagai lembaga pemerintah dan swasta. Keberadaan Kampung Keluarga Berkualitas yang telah terlaksana di masing-masing kelurahan juga diharapkan dapat mengambil peran, termasuk dalam hal deteksi dan penanganan terhadap kasus stunting yang ada di wilayahnya.
Lebih lanjut dijelaskan Effendhi, bahwa stunting merupakan masalah serius yang memengaruhi pertumbuhan fisik dan perkembangan anak. Dalam hal ini, Wawali telah melakukan berbagai upaya yang berfokus pada penurunan angka stunting di Kota Tarakan.
Salah satunya melalui program Bapak Asuh. Dijelaskannya, Bapak Asuh merupakan program hasil kerja sama dengan BKKBN dalam menyalurkan bantuan kepada anak stunting. Program ini dilakukan guna meningkatkan gizi anak-anak yang mempunyai masalah dalam tumbuh kembangnya.
Keterlibatan Bapak Asuh, menurutnya, bisa membantu menganggarkan Pemberitan Makanan Tambahan (PMT) pada keluarga risiko stunting. “Tahap pertama kita bantu peningkatan gizinya. Setelah punya penghasilan sendiri, mereka tidak lagi bergantung. Kalaupun tidak ada pekerjaan, sebisa mungkin kita beri pekerjaan,” katanya.
Keterlibatan sebagai Bapak Asuh anak stunting, diperlukan baik dari korporasi, lembaga dan perorangan. Di Tarakan, Bapak Asuh sudah melihatkan berbagai intansi vertikal seperti BUMN. “Ada Pelindo, Pertamina, Bank Indonesia dan lain sebagainya. Mudah-mudahan yang lainnya bisa ikut,” pungkasnya. (apc/and)
Reporter: Ade Prasetia
Editor: Andhika