Home KALTARA BULUNGAN Seorang Bayi Gagal Diselamatkan, Pihak Keluarga Sebut Gegara Penanganan Lambat

Seorang Bayi Gagal Diselamatkan, Pihak Keluarga Sebut Gegara Penanganan Lambat

0
Bangunan RSUD dr Soemarno Sosroadtmojo, Tanjung Selor.

TANJUNG SELOR – Pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Soemarno Sosroadtmojo Tanjung Selor, dikeluhkan warga.

Keluhan itu, senter diwartakan karena kejadiannya tergolong miris. Seorang ibu inisial Y dari Kecamatan Sekatak Buji, harus menahan pilu, bayi kesayangannya tidak bisa diselamatkan dan meninggal dunia pada saat melahirkan.

Keterangan yang disimpul media ini, berdasarkan keterangan anak pasien, Sulfia. Bahwa, pada Minggu (24/12/2023), sekitar pukul 18.00 WITA, pasien atas nama ibu Y mulai merasa ada kontraksi, semacam hendak melahirkan.

Kemudian, pihak keluarga membawa pasien ini ke Puskesmas Sekatak, mengingat domisili pasien berada di Sekatak Buji, Kecamatan Sekatak.

Setiba di Puskesmas, tenaga medis setempat merasa tidak dapat melakukan penanganan. Sebab, adanya keterbatasan dan diperlukan tenaga medis profesional.

“Pertimbanganya, usia pasien sudah rentan melahirkan, karena usianya 30 tahun lebih,” ucap Sulfia, anak pasien.

Pada pukul 23.00 wita, pasien kemudian dilakukan rujukan ke RSUD dr Soemarmo Sosroadtmojo Tanjung Selor. Setiba di RSUD Tanjung Selor sekitar pukul 24.30 wita, pasien langsung minta ke ruangan tenaga medis untuk dilakukan tindakan operasi.

Alasan pihak rumah Sakit tidak melakukan operasi, karena ada persyaratan yang harus dipenuhi terlebih dahulu.

“Jadi, malam itu juga keluarga kami langsung melengkapi persyaratan untuk dilakukan operasi. Karena memang, ibu saya menggunakan BPJS untuk beroperasi dan berobat,” katanya.

Setelah persyaratan dilengkapi, kembalilah suami pasien minta dilakukan tindakan operasi. Terus kata bidan yang piket, “Tidak gampang pak buat urus ini,” kata dia menirukan ucapan perawat.

Mereka optimis, kalau pasien bisa melahirkan normal, karena sudah mendekati waktu melahirkan. Padahal, pasien sudah menjelaskan bahwa pernah menjalani operasi sesar pada 4 tahun lalu.

Sehingga, tidak mungkin untuk melahirkan normal. Sedangkan, berat bayinya tiga kilo lebih. Dan kalau dipaksakan lahir normal, jahitan sebelumnya bakal robek. Tapi, dipaksakan oleh pihak rumah sakit bahwa ini bisa dilahirkan normal.

Bahkan permohonan untuk operasi, dilakukan berulang kali oleh pihak keluarga. Karena ini, untuk keselamatan pasien dan bayi. Karena bayinya itu sudah tidak aktif lagi.

“Sepanjang malam tidak ada tindaklanjut dari pihak rumah sakit, hingga jam 06 pagi.
Pasiennya sudah lemah, mukanya pucat serta bayinya tidak bergerak lagi. Tapi, belum ada juga itikad para dokter untuk melakukan operasi,” kisahnya.

Hingga pukul 09.00 wita, baru dilakukan tindakan operasi. Itupun, masih kebingungan apakah jam 09.00 wita, langsung dilakukan operasi, itu belum diketahui.

“Tapi, kata bapak saya disitu mereka masih kebingungan, apakah di jam 09 pagi itu langsung di operasi, karena mereka selesai melakukan tindakan operasi sekitar pukul 11.00 wita,” sebutnya.

Sedangkan, suami pasien masuk ke ruangan operasi bayi sudah tidak bergerak, kata mereka bayi itu kurang sehat. sementara dua hari sebelumnya pasien USG di Tanjung Selor tepatnya di salah satu praktek kandungan.

Kemudian, ketika suami pasien masuk ke ruangan operasi, perut pasien belum dijahit. Dari jam 09-11 wita, lambannya penanganan ini membuat keluarga pasien menanyakan.

“Bapak saya bingung, apakah pada jam 09. Mereka langsung melakukan tindakan operasi atau baru-baru saja. Dan bayi itu berusaha di pompa ternyata tidak bisa selamat,” ujarnya.

Dari pihak keluarga yang menjaga pasien, mulai jam 6 pagi bayinya sudah tidak aktif lagi, sudah lambat gerakannya.

Malam itu, keluarga pasien sempat memohon kepada perawat, malah tidak ada tindakan untuk menyakinkan pasien dan keluarganya.

Tenaga medis tetap menaruh rasa optimis, bahwa pasien ini bisa melahirkan secara normal. Dari tanggal 24 hingga 25 Desember jam 11 baru dikonfirmasi kalau bayi itu sudah tidak ada.

Padahal, dari jam 6 pagi pihak keluarga menyampaikan bayinya sudah tidak bergerak. Penjelasan dari dokter, kalau pasien ada pendarahan di dalam akibat operasi sesar beberapa tahun sebelumnya.

Kalau terjadi seperti itu, berarti memang kelalaian dari mereka. Kenapa mereka baru tahu, kalau misalnya operasi mama (pasien) itu robek.

“Jadi kemungkinan besar, bayinya itu meninggal lemas, karena pendarahan,” ucapnya dengan nada sedih.

Dikonfirmasi terpisah, Direktur RSUD dr Soemarno Sosroadtmojo, dr Widodo menjelaskan pihaknya senantiasa berusaha memberikan pelayana terbaik bagi semua pasien yang berobat.

“Kami selalu menomorsatukan keselamatan pasien. Oleh karena itu,sehubungan dengan kasus kematian bayi baru lahir ini, dapat kami sampaikan bahwa seluruh tenaga kesehatan yang terlibat telah melakukan upaya sungguh-sungguh, dalam membantu persalinan,” jelasnya.

Pasien, kata dia, telah dilakukan operasi sesar atau pertolongan persalinan. Namun, dengan sangat menyesal harus kami sampaikan bahwa bayi dari ibu tidak tertolong karena adanya komplikasi. Oleh karena itu, atas nama RS dr. H. Soemarno Sosroatmodjo, dirinya turut berduka cita dan bersedih atas kejadian ini.

“Kami juga tegaskan, bahwa kami akan menindak lanjuti kejadian ini agar menjadi lebih jelas,” tutupnya. (tin/and)

Editor: Andhika

NO COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Exit mobile version