TANJUNG SELOR – Kebutuhan telur untuk menopang kebutuhan di Kaltara saat ini masih andalkan dari daerah lain. Meskipun di Kaltara sendiri sejumlah kabupaten dan kota memproduksi, akan tetapi jumlahnya masih terbatas.
Di Kota Tarakan, produksi telur ayam buras cenderung menurun tiap tahunnya. Pada tahun 2022 produksi telur ayam buras di Tarakan mencapai 2.310.664 kilogram.
Nilai produksi tersebut malah cendrung menurun di tahun 2023, yang hanya mencapai 154.290 kilogram dan di tahun 2024 angkanya terus anjlok mencapai angka 127.437 kilogram.
Selain di Tarakan juga kasus yang sama terjadi di Kabupaten Bulungan. Selama kurun waktu 2022 sampai 2024 angkanya melorot. Pada tahun 2022, nilai produksinya mencapai 1.495.821 kilogram, kemudian di tahun 2023, mencapai 206.366 kilogram dan di tahun 2024 mencapai 207.218 kilogram.
Selain dua daerah tersebut di atas, kejadian yang sama juga terjadi di tiga Kabupaten di Kaltara, yakni Kabupaten Nunukan, Malinau, dan Kabupaten Tana Tidung.
“Penurunan produksi telur ayam buras tersebut, dikarenakan ada beberapa faktor. Salah satunya berkaitan dengan iklim,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kaltara, Hery Rudyono, beberapa waktu lalu.
Produksi telur ayam buras di Kabupaten Nunukan pada tahun 2022, angkanya mencapai 251.488 kilogram, di tahun 2023. Angkanya mencapai 149.941 kilogram dan di tahun 2024 mencapai 165 851 kilogram.
Selanjutnya di Kabupaten Malinau, tahun 2022 nilai produksinya mencapai 423.722 kilogram, tahun 2023, 143 307 kilogram dan 2024 mencapai 158.516 kilogram.
Terakhir di Kabupaten Tana Tidung, nilai produksi telur ayam buras cendrung mengalami peningkatan selama kurun waktu tiga tahun terakhir.
Tahun 2022 nilai produksinya 36.268 kilogram, tahun 2023 mencapai 42.614 kilogram dan tahun 2024 mencapai 47.184 kilogram.
“Pemerintah telah memberikan sejumlah bantuan dan dukungan guna meningkatkan produksi telur ayam buras di Kaltara, sebagai antisipasi kita masih mendatangkan dari luar daerah,” tandasnya.(*)
Penulis: Martinus
Editor: Yusva Alam