SAMARINDA — Kalimantan Timur semakin menunjukkan potensi besarnya di sektor silika, komoditas strategis yang diyakini mampu mendorong pertumbuhan industri dan ekonomi daerah.
Hal ini ditegaskan dalam acara pelantikan Dewan Pimpinan Wilayah Perkumpulan Pertambangan dan Industri Silika Indonesia (Pertamisi) Kalimantan Timur (Kaltim) yang digelar pada Sabtu, 14 Desember 2024, di Hotel Harris Samarinda.
Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Pertamisi, Raden Sukhyar, memimpin langsung pelantikan ini dan menyampaikan pentingnya memanfaatkan potensi silika untuk mendukung berbagai sektor industri hilir.
“Kaltim memiliki cadangan silika yang sangat besar. Ini adalah peluang emas untuk pengembangan industri berbasis teknologi tinggi seperti semikonduktor, panel surya, hingga produk kaca yang bernilai tinggi,” ujar Sukhyar.
Ia juga menyebutkan bahwa Indonesia memiliki keunggulan dibandingkan negara lain seperti Malaysia dan Vietnam karena sumber daya yang melimpah.
Namun, untuk menjadi kompetitif di pasar global, diperlukan hilirisasi dan peningkatan kapasitas industri lokal.
Ketua DPW Pertamisi Kaltim, Tandi Soenarto, memaparkan bahwa wilayah Kukar dan Kubar menjadi daerah yang memiliki cadangan silika terbesar di Kalimantan Timur, dengan potensi mencapai 2 miliar metrik ton.
“Silika tersebar di kawasan Danau Jempang, Danau Melintang, dan Danau Semayang. Meski eksplorasi belum maksimal, kami yakin potensi ini dapat mendukung pengembangan industri strategis di masa depan,” jelas Tandi.
Namun, Tandi juga menyoroti kendala yang dihadapi, terutama terkait perizinan, teknologi, dan modal. Ia berharap pemerintah dan investor dapat berkolaborasi untuk mempercepat realisasi potensi ini.
Silika dianggap sebagai komoditas masa depan yang dapat mendukung transisi energi hijau.
Selain digunakan untuk produk kaca, silika juga menjadi bahan utama dalam pembuatan panel surya dan semikonduktor.
“Industri hilir adalah kunci. Kami tidak bisa hanya menambang. Pemerintah perlu mendorong investasi besar di sektor ini agar potensi silika dapat memberikan manfaat maksimal bagi masyarakat dan perekonomian daerah,” ujar Tandi.
Pelantikan DPW Pertamisi Kaltim diharapkan menjadi awal dari pengelolaan sumber daya silika yang lebih terstruktur. Dengan sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan investor, Kalimantan Timur berpotensi menjadi pusat industri strategis berbasis silika.
“Ini adalah momentum bagi Kaltim untuk menjadi pionir dalam industri silika di Indonesia. Tidak hanya meningkatkan perekonomian daerah, tetapi juga menciptakan lapangan kerja dan memberikan dampak positif bagi masyarakat,” tambah Tandi.
Ditemui dalam acara tersebut, Anggota DPD RI, Yulianus Henock Sumual, turut menyatakan dukungannya terhadap pengembangan sektor silika di Kalimantan Timur.
Menurutnya, hilirisasi tidak hanya akan memberikan nilai tambah, tetapi juga memperkuat posisi Indonesia dalam pasar global.
“Silika adalah salah satu alternatif energi hijau yang dapat menggantikan batubara. Regulasi dan investasi harus diarahkan untuk mendukung pengembangan sektor ini,” tegas Yulianus. (mk/rls)