TARAKAN – Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) tercatat sebagai penyakit dengan jumlah kasus tertinggi di Kota Tarakan. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Tarakan, dr. Devi Ika Indriarti, dalam keterangannya pada Jumat (13/6/2025).
Berdasarkan data Dinkes Tarakan yang dihimpun selama periode April hingga Mei 2025, ISPA menjadi keluhan terbanyak yang ditangani di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) maupun fasilitas layanan kesehatan lainnya di kota tersebut.
Menurut dr. Devi, salah satu penyebab tingginya angka kasus ISPA adalah kondisi cuaca di Tarakan yang tidak menentu. Perubahan suhu yang drastis dari panas ke hujan, atau sebaliknya, disebut menjadi faktor utama meningkatnya kasus.
“Perubahan dari panas ke hujan atau sebaliknya sangat memengaruhi, kadang-kadang kita kurang memperhatikan hal ini,” ujarnya.
Selain cuaca, lemahnya daya tahan tubuh juga turut berkontribusi terhadap meningkatnya kasus ISPA. Ketika sistem imun menurun, tubuh menjadi lebih rentan terhadap infeksi virus. Faktor lingkungan seperti debu yang beterbangan di jalan pun ikut memperparah kondisi.
dr. Devi menjelaskan bahwa ISPA berbeda dengan Tuberkulosis (TBC). ISPA bersifat akut dan cenderung tidak menular seintens TBC, yang memerlukan kontak lama dan terus-menerus untuk menular.
“Penularan TBC lewat droplet itu memerlukan waktu cukup lama. Jika ada anggota keluarga yang mengidap TBC dan tidak menjalani pengobatan, maka orang serumah berisiko tertular,” tambahnya.
Untuk itu, Dinkes Tarakan mengimbau masyarakat agar lebih waspada. Masyarakat diminta untuk menjaga daya tahan tubuh, menggunakan masker bila mengalami gejala ISPA, menghindari kerumunan, serta menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat.
Penulis: Ade Prasetia
Editor: Yusva Alam