TANJUNG REDEB – Kasus difteri terdeteksi masuk di Kabupaten Berau. Tercatat, ada 4 kasus yang tersebar di 4 kecamatan. Bahkan, diantaranya meninggal dunia.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau, Garna Sudarsono menegaskan, pihaknya akan melakukan tindakan efektif dan efisien di empat kecamatan yang terjangkit kasus difteri.
“Kami dari Dinas Kesehatan dan Pemerintah Kabupaten Berau akan terus melakukan evaluasi serta mengamati perkembangan kasus difteri yang ada di 4 kecamatan tersebut,” ujarnya saat dikonfirmasi baru-baru ini.
Dipaparkannya, 4 kecamatan yang terdeteksi adanya kasus difteri yakni Teluk Bayur, Pulau Derawan, Kelay dan Gunung Tabur. “Ketika nanti ada kasus difteri baru, kami akan lakukan peningkatan penanganan Imunisasi ORI intensif di kecamatan yang terdampak,” bebernya.
Lebih lanjut, pihaknya bakal terus memaksimalkan pelayanan di 4 kecamatan terdampak dengan pemberian logistik vaksin ke Puskesmas daerah tersebut.
“Logistik vaksin ini juga menjadi pertimbangan kami untuk melaksanakan Imunisasi ORI di empat kecamatan,” imbuhnya.
Sebab jikalau Dinkes Berau melakukan distribusi vaksin Outbreak Response Imunization (ORI) Difteri secara menyeluruh ke setiap Puskesmas yang ada di 13 kecamatan, menurut Garna vaksin ORI tidak cukup dan gagal menciptakan kekebalan imunitas tubuh anak-anak.
“Karena kalau menyasar ke semua kecamatan. Tetapi vaksin tidak mencukupi justru nanti tidak terwujud menciptakan Herd Immunity kepada masyarakat kita,” ungkapnya.
Sambung dia, terakhir Vaksin ORI Difteri terakhir tiba di Kabupaten Berau pada bulan Februari lalu dan langsung kegiatan pelayanan ke setiap Puskesmas.
“Bulan Februari lalu ORI Difteri datang ke Berau yang untuk vaksin DPT mencapai 1.400 vial atau 14.000 dosis. Karena 1 vial itu sekitar 8 sampai 10 dosis,” ucapnya.
“Kemudian DT usia 5-7 tahun itu kita dapat 175 vial atau sekitar 1.750 dosis kemudian TD ada 1.246 vial atau sekitar dua belasan ribu dosis dengan takaran 0,5 ml dengan merk jenis Pentavalen,” sambungnya.
Ditanya terkait gejala terserang difteri, diterangkan Garna, sakit tenggorokan, demam dan terbentuknya selaput abu-abu yang melapisi amandel.
“Difteri adalah infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae,” sebutnya.
Lebih lanjut, menyoroti kasus penyebaran difteri, Ketua DPRD Berau, Madri Pani mengingatkan Dinas Kesehatan selaku Organisasi Perangkat Daerah (OPD) terkait untuk gencar melakukan sosialisasi kepada masyarakat.
“Sosialisasinya berupa bagaimana tata cara pencegahan atau antisipasi. Karena hal ini harus dipublikasikan, supaya masyarakat yang awalnya tidak tahu mengenai penyakit difteri ini menjadi tahu,” tuturnya, Senin (25/3/2024).
Dirinya menerangkan, sosialisasi perlu dimaksimalkan agar masyarakat dapat mengetahui gejala awal penyakit tersebut, sehingga pencegahan dapat dilakukan.
“Dinas Kesehatan bisa saja menginstruksikan puskesmas-puskesmas yang ada untuk ikut mensosialisasikan tata cara pencegahan penyebaran difteri ini ke masyarakat,” katanya.
Politikus Nasional Demokrat (NasDem) ini menilai, dengan adanya bukti masyarakat yang terjangkit kasus difteri, bahkan terjadi kematian, seharusnya Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Berau mendorong seluruh tenaga kesehatan atau puskesmas untuk gencar melakukan sosialisasi.
“Supaya masyarakat lebih berhati-hati terhadap penyakit tersebut. Kalau pemerintah sudah mensosialisasikan, tetapi ada oknum masyarakat yang tidak percaya, itu risiko mereka sendiri,” tegasnya.
“Kalau cinta dan sayang dengan masyarakat, harusnya permasalahan ini menjadi perhatian khusus, karena menyangkut kesehatan dan nyawa masyarakat,” tambahnya.
Madri mengaku baru mendengar adanya kasus difteri di kabupaten paling utara Kaltim ini. Sehingga sebagai wakil rakyat, dirinya mengingatkan agar ada respons cepat dari pemerintah daerah.
“Bagaimana kita mau sayang dengan masyarakat, kalau persoalan penyakit saja tidak ada sosialisasi yang maksimal agar bisa dicegah,” ucapnya.
Kendati demikian, dirinya mengingatkan eksekutif untuk maksimal dalam memberi support ke tenaga kesehatan, supaya bisa melayani masyarakat secara profesional.
“Yang paling penting juga adalah siapkan seluruh sarana dan prasarana yang dibutuhkan dalam penanganan,” tandasnya. (adv/and)