TANJUNG REDEB – Produksi beras di Kabupaten Berau alami penurunan. Ada beberapa faktor pemicu, salah satunya fenomena El Nino. Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Berau, Junaidi mengungkapkan, dampak dari El Nino adalah fenomena kenaikan suhu dan kemarau panjang.
“Kalau kemarau terjadi berkepanjangan, kekeringan pasti akan terjadi. Sehingga, bisa berpengaruh buruk kepada hasil panen padi para petani,” ungkapnya, Kamis (16/11/2023).
Dia membeberkan, penurunan produksi beras tak hanya terjadi di Bumi Batiwakkal. Tetapi hampir di seluruh wilayah Kalimantan Timur. “Hal itu kami ketahui saat rapat koordinasi beberapa waktu lalu,” jelasnya.
Meski penurunan diklaim Junaidi, dirinya tak dapat memberi data valid. Sebab, belum sepenuhnya ter-input dengan lengkap di aplikasi khusus Distanak Berau.
Dirinya menambahkan, El Nino bukan satu-satunya penyumbang penyebab turunnya produksi padi. Faktor lainnya adalah alih fungsi lahan yang belakangan ini marak terjadi.
“Apalagi regenerasi petani sangat minim, akibat kurangnya minat anak muda terjun ke pertanian dan memilih bekerja di industri pertambangan,” imbuhnya.
Faktor produksi yang semakin lama semakin mahal juga menjadi pengaruh besar. Misalnya, pupuk non-subsidi yang mahal dan pupuk subsidi yang terbatas. “Memang banyak faktor untuk peningkatan produksi beras di Berau, tidak bisa hanya fokus pada satu penyelesaian masalah,” tegasnya.
Sementara, di tengah produksi beras menurun, sejumlah kebutuhan pokok mengalami kenaikan harga. Hal itu dikatakan Kepala Bidang Usaha dan Perdagangan Diskoperindag Berau, Hotlan Silalahi.
Dijelaskannya, kenaikan harga kebutuhan pokok terjadi akibat kemarau panjang di beberapa wilayah, sehingga stok yang ada semakin menipis.
“Kalau isu yang beredar terkait keterlambatan pada pengiriman masuk ke Berau itu tidak benar, namun karena banyak petani yang mengalami gagal panen,” terangnya.
Hotlan menambahkan, untuk kenaikan harga beras sendiri itu bahkan dari para produsennya langsung, yang membuat para pedagang turut menaikkan harga.
“Sebenarnya bukan karena biaya transportasinya, tapi kalau dari produsennya naik mau tidak mau para pedagang yang ada di pasar turut menaikkan harga,” tambahnya.
Selain beras, harga daging juga saat ini tengah mengalami kenaikan, karena beberapa peternak sapi belum masuk musim panen.
“Karena belum masuk musim panen, hal itulah yang menyebabkan harga daging naik Rp 10.000 per kilogramnya,” sebutnya.
Mengatasi kenaikan harga kebutuhan pokok yang ada di pasaran, Diskoperindag sendiri akan kembali menggelar pasar murah yang nantinya bisa dimanfaatkan masyarakat agar bisa meringankan kebutuhan sehari-hari.
“Tak hanya dari Diskoperindag, kita akan bekerja sama dengan Bulog untuk menyelenggarakan pasar murah dalam waktu dekat ini, pasar murah kita agendakan kembali setelah kami mensurvey beberapa harga kebutuhan pokok di pasar yang mengalami kenaikan,” tandasnya. (and)