spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

BMKG: Letusan Gunung Ruang tidak Berdampak di Kaltara

TARAKAN – Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kota Tarakan, M. Sulam Khilmi menyebut letusan Gunung Ruang, Sulawesi Utara tidak berdampak di Kaltara.

Hal itu disampaikan Khilmi kepada awak media di Tarakan, Senin (22/4/2024), menyusul adanya keluhan masyarakat yang mengalami gatal akibat senyawa kimia Sulfur Dioksida (SO2) tercampur dengan air hujan usai terjadi letusan Gunung Ruang.

Menurutnya, SO2 merupakan partikel ringan yang berada diketinggian di atas 10 kilometer sehingga tidak berpengaruh terhadap air hujan. Namun dia menyebut intansi yang memiliki kewangan merilis hal itu, yakni Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

“Secara garis besar SO2 itu partikel yang ringan. Jadi ketinggiannya di atas 10 kilometer. Artinya tidak sampai di bawah awan-awan hujan,” katanya.

Kendati demikian, dampak letusan Gunung Ruang sempat dikhawatirkan sejumlah maskapai penerbangan. Hal ini berkaitan dengan adanya abu vulkanik yang dapat merusak mesin pesawat dan menganggu penerbangan.

“Kalau ukuran (abu) lebih besar dari ketentuan penerbangan tentu akan menyebabkan gangguan pada mesin pesawat. Makanya beberapa waktu lalu kami cek tidak ada pengaruhnya di Kaltara,” tegasnya.

Khilmi memastikan bahwa cuaca yang terjadi belakang di Kaltara,tidak ada kaitannya dengan letusan Gunung Ruang.

BMKG, kata dia, sejak 16 April lalu telah merilis cuaca di Kaltara seminggu ke depan. Diketahui, wilayah Kaltara terjadi potensi hujan ringan, sedang dan lebat.

“Kembali lagi saya sampaikan tanggal 16 seminggu ke depan Kaltara berpotensi hujan sedang hingga lebat. Di Tarakan inikan cuacanya emang tidak merata ya, hujannya parsial. Namun sebagian wilayah Kaltara Malinau tanjung Selor itu memang dominan hujan seminggu ke depan,” pungkasnya.

Sebagai informasi, erupsi Gunung Ruang di Sulawesi Utara pada Rabu, (17/4/2024), diklaim sebagai letusan gunung api terdahsyat di Indonesia selama setengah abad terakhir. Pola letusannya bahkan terpantau oleh alat citra satelit, karena ada lebih dari 200 juta meter kubik magma dense-rock-equivalent (DRE) yang disemburkan ke udara. Masyarakat pun khawatir akibat letusan ini mengakibatkan dampak terhadap udara dan air hujan. (apc/and)

Reporter: Ade Prasetia
Editor: Andhika

16.4k Pengikut
Mengikuti

BERITA POPULER