spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Begini Penjelasan BMKG Soal Fenomena Kabut Asap di Tarakan

TARAKAN –  Wilayah Kalimantan Utara, tak terkecuali Kota Tarakan belakangan ini menghadapi fenomena kabut asap. Tak ayal, kondisi ini mengganggu jarak pandang dan memperburuk udara di Tarakan.

Terkait hal tersebut, Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kota Tarakan, M Sulam Khilmi menjelaskan, fenomena kabut asap terjadi karena angin membawa partikel asap dari wilayah yang mengalami kebakaran hutan. Wilayah yang mengalami kebakaran hutan yakni Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah.

“Beberapa hari ini mulai Minggu sampai Selasa, memang ada fenomena kabut asap. Kebetulan anginnya mengarah ke Kaltara membawa partikel asap,” ungkapnya kepada Mediakaltimtara.com, Selasa (3/10/2023).

Khilmi menyampaikan bahwa, berdasarkan pantauan 24 jam terakhir BMKG,  hanya ada satu titik panas atau hotspot di wilayah Kaltara yang berada di Tanjung Palas Timur. Namun masih berada pada level medium sekitar 30-80 persen. Dijelaskannya, hotspot merupakan titip panas yang menunjukkan bahwa ada daerah yang lebih panas dari wilayah sekitarnya.

“Kalau level di atas 80 persen itu hampir bisa dipastikan ada kebakarannya. Tapi kalau di bawah 80 persen menunjukkan bahwa titik tersebut lebih panas dari wilayah sekitarnya,” kata dia.

Kendati demikian, dia menyebut sampai dengan saat ini level kualitas udara di Kaltara masih aman. Kata dia, penentuan status darurat dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah sementara BMKG hanya bertugas memberikan informasi prakiraan cuaca.

Hanya saja, fenomena kabut asap ini mengakibatkan penurunan jarak pandang dari yang mulanya 10 km menjadi 4 km. “Ini dampak dari asap,hari ini Kaltara masih tahap belum membahayakan dan masih bisa digunakan untuk aktivitas penerbangan,”lanjutnya.

Khilmi menyebut, kejadian seperti ini pernah terjadi pada 2015 dan 2019 silam. Bahkan kondisinya lebih parah. Saat itu jarak pandang di bawah 5 km. “Pada saat itu titik panasnya ada di Tanjung Palas Utara Timur, Malinau dan Sesayap. Makanya waktu itu mempengaruhi kualitas udara,” tandasnya. (apc/and)

Reporter: Ade Prasetia
Editor: Andhika

16.4k Pengikut
Mengikuti

BERITA POPULER