TARAKAN – Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kaltara, Rukhi Syayahdin mengungkap sejumlah penyebab anjloknya harga rumput laut. Hal itu disampaikannya saat ditemui awak media usai aksi demo di Gedung DPRD Tarakan, Senin (23/10/2023).
Dia mengatakan salah satu penyebab anjloknya harga rumput laut, adanya isu global perang dunia termasuk Covid-19 yang sudah mereda namun masih berdampak.
“Jadi mereka masyarakat di luar negeri, sampaikan lebih pilh makanan bergizi. Untuk makanan tambahan meningkatkan gizi, mereka syukur selesaikan kebutuhan pokok saja, nasi dan gandum tidak cukup dan berkurang di situ. Itu informasi kami dapatkan, jadi ada penurunan permintaan,” paparnya.
Singkatnya, industri-industri yang membeli rumput laut mengurangi permintaan atau demand. Negara pembeli rumput laut (buyer) saat ini mayoritas berasal dari China.
Kemudian, adanya biaya ongkir yang cukup tinggi. Jika diterapkan penjualan dari Tarakan langsung menuju Cina maka itu lebih bagus.
“Kegiatan ekspor semua sekarang lewat Makassar atau Jawa Timur. Tapi kalau bisa langsung ekspor itu bagus. Tapi pergerakan kapal saya belum kuasai, alur pelayaran mungkin dari Pelindo, KSOP bisa menjadikan pelabuhan Tarakan bisa ekspor langsung ke negara buyer, setahu kami semua lewat Makassar dan Surabaya,” paparnya.
Informasi yang dia terima, harga dari Tarakan ke Surabaya. Lalu Surabaya ke buyer lebih mahal biaya ongkos pengiriman container. Dia menyampaikan persoalan harga Rp17.700 per kg yang dijualkan buyer ke China, sehingga ada pemotongan harga distribusi, container. “Pemotongan container Rp2.500, anggaplah kena Rp 15 ribu di Makassar, sampai di Tarakan bisa dihitung berapa, pengiriman lagi, kena Rp 3 ribu misalnya, maka betul saja. Dan berdasarkan kadar kekeringan juga jangan sampai kategori basah dikirim juga, kita jaga kualitas,” tegasnya.
Persoalan rumput laut lainnya, kata Rukhi, terdapat masalah dari hulu sampai hilir. Misalnya dari hulu, persoalan pemukat rumput laut dan termasuk masih ada rumput laut hilang dicuri. Kemudian, persoalan pembudidaya rumput laut dan zonasi, banyak alur pelayaran tertutup. “Ini juga perlu dibenahi dan ketiga, paling utama kualitas rumput laut. Ke depan bagaimana sumber bibit berkualitas disiapkan dan itu kita benahi semua, sama-sama. Jujur saja, saya mewakili Pak Gubernur Kaltara yang tidak bisa hadir, beliau pesan tolong jaga rumput laut ini,” katanya.
Dia tak menampik mayoritas komoditas di Kaltara adalah rumput laut. Hasil dari komoditas itu telah memberikan kesejahteraan bagi masyarakat Kaltara. “Mari sampaikan elegan, melalui DPRD Kabupaten dan kalau tidak puas ke level provinsi,” katanya.
Dia menegaskan pemerintah Kota Tarakan dan Provinsi komitmen memperhatikan para petani rumput laut sehingga nantinya bisa dikembangkan. Salah satunya komitmen seluruh OPD masuk ke ranahnya. “Kembali ke UUD kita, pasal 33 ayat 3, bumi, air dikuasai negara dan dipergunakan untuk kesejahteraan mayarakat, pemerintah mengatur, masyarakat diatur, dan menikmati,” ucapnya Untuk itu, menurutnya, persoalan anjloknya harga rumput laut harus diselesaikan dengan melibatkan semua stakeholders terkait, baik masyarakat maupun pemerintah. (apc/and)
Reporter: Ade Prasetia
Editor: Andhika