spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Dinsos Tarakan Tangani 24 Orang Terlantar Selama 2025, 2 Masih di Shelter

TARAKAN – Permasalahan orang terlantar masih menjadi perhatian di Kota Tarakan. Sepanjang tahun 2025, Dinas Sosial (Dinsos) dan Pemberdayaan Masyarakat telah menangani 24 kasus, dan hingga pertengahan Mei, masih ada dua orang yang berada di shelter.

Para penyintas ini berasal dari berbagai daerah, mulai dari Malaysia, Jawa, Jawa Barat, Sumatera, Sulawesi, hingga Nusa Tenggara Timur (NTT). Kepala Bidang Sosial Dinsos dan Pemberdayaan Masyarakat Kota Tarakan, Jamaluddin, menyampaikan bahwa penanganan dilakukan sesuai prosedur dengan ketentuan yang berlaku.

“Sebelum ditangani Dinsos, orang terlantar wajib dilakukan asesmen. Jika tidak memenuhi syarat, maka tidak akan ditangani atau ditolak,” ujarnya, Senin (19/5/2025).

“Di sini sesuai SOP akan dijamin 7 hari, kita berikan makanan dan tempat tinggal,” tambahnya.

Terkait dua orang yang masih berada di shelter, pihak Dinas Sosial tengah berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan serta pemerintah provinsi untuk memulangkan mereka ke kampung halaman melalui jalur laut.

“Dari Bone itu mau mengunjungi keluarga di Sampit (Kalteng), tapi kesasar di Tarakan. Sementara dari Kolaka, merupakan dari Malaysia mau mencari pekerjaan akhirnya terlantar di Tarakan,” ungkapnya.

Heri (39), warga Kolaka, Sulawesi Tenggara, merupakan salah satu dari mereka. Dia terlantar setelah kembali dari Sabah, Malaysia, tempat ia bekerja sebagai sopir sejak usia 18 tahun. Ini adalah kepulangannya yang pertama ke Indonesia.

Dia menjelaskan, bahwa dirinya tidak memiliki paspor karena ditahan oleh perusahaan tempatnya bekerja. Kemudian pulang ke Indonesia melalui jalur ilegal dan tiba di Kabupaten Nunukan pada Maret 2025. Setelah gagal mencari pekerjaan di sana, dia melanjutkan perjalanan ke Tarakan namun akhirnya kehabisan bekal.

“Rencana kalau ada lowongan di sini (Tarakan) kerja, kalau tidak ada pulang saja. Saya dari Kolaka, Sulawesi Tenggara,” bebernya.

Selama 24 tahun bekerja di Malaysia, Heri tidak memiliki tabungan dan juga tak memiliki identitas diri seperti E-KTP atau IC Malaysia. Dirinya mengaku keluarganya masih ada di Kolaka, namun sudah lama tidak berkomunikasi.

Sementara itu, Ilyas (63) sudah hampir satu bulan berada di Tarakan dan tinggal sementara di Pelabuhan Malundung. Dia kehilangan dua tas miliknya setelah turun dari kapal. Setelah kehabisan uang, Ilyas akhirnya dibawa oleh petugas ke Dinas Sosial.

“Kemarin naik Lambelu habis lebaran mau ke Sampit, uang sudah habis. Sempat hubungi anak saya di Sampit minta uang makan dan pulang ke Bone tapi sampai sekarang belum dikirimkan,” pungkasnya.

Penulis: Ade Prasetia
Editor: Yusva Alam

⚠️ Peringatan Plagiarisme

Dilarang mengutip, menyalin, atau memperbanyak isi berita maupun foto dalam bentuk apa pun tanpa izin tertulis dari Redaksi. Pelanggaran terhadap hak cipta dapat dikenakan sanksi sesuai UU Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta dengan ancaman pidana penjara maksimal 10 tahun dan/atau denda hingga Rp4 miliar.

16.4k Pengikut
Mengikuti

BERITA POPULER