TARAKAN – Berdasarkan data Kemendikbudristek, sebanyak 4000 anak di Tarakan putus sekolah. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Tarakan, Tamrin Toha kepada awak media, Selasa (25/6/2024).
“Anak putus sekolah berdasarkan data residu Kemendikbudristek terakhir ada sebanyak 4.000. Bisa saja data 4.000 anak itu, bisa jadi ada yang sudah keluar meninggalkan Tarakan pindah ke daerah lain, apakah sudah bersekolah di tempat tujuan belum diketahui,” paparnya.
Menyikapi hal itu, Disdik telah mengeluarkan kebijakan untuk mendata anak putus sekolah. Tidak hanya itu, nantinya disdik akan mengakomodir anak-anak tersebut sehingga bisa lanjut bersekolah.
Kebijakan ini dilaksanakan melalui aplikasi SIAPLAH yang akan mengupdate anak putus sekolah di Tarakan, Kalimantan Utara yang berusia dari 7 tahun sampai 18 tahun.
SIAPLAH merupakan aplikasi yang nantinya akan mendata anak putus sekolah. Kebijakan Disdik Tarakan ini dalam rangka peningkatan layanan aksesbilitas pendidikan non formal yang maju, transparan, akuntabel serta partisipatif. Diharapkan dengan aplikasi ini tidak ada lagi ditemukan anak putus sekolah di Tarakan.
Adapun aplikasi SIAPLAH ini akan disebarkan ke masyarakat melalui tingkat kecamatan, kelurahan dan RT. Nantinya mereka akan bertugas menyampaikan kepada orang tua yang memiliki anak putus sekolah, untuk mengisi kuisioner yang ada dalam sistem aplikasi.
“Dengan verifikasi di lapangan khususnya anak-anak yang bersangkutan tadi, maka Disdik Tarakan bisa peroleh data dan informasi, apa sih keinginan anak-anak tersebut. Contoh misalnya ketika dia mau kembali ke sekolah ke non formal, apakah paket A, B dan C atau lembaga kursus dan pelatihan, maka akan diakomodir lewat kegiatan belajar, pusat kegiatan belajar masyarakat,” tegasnya.
Secara teknis, untuk sosialisasi sudah dilakukan pihaknya melalui group WA. Selanjutnya akan dilakukan monitoring untuk melihat sejauh mana pendataan ini diupdate.
“Kami berharap dari kelurahan minta bantuan ke RT, bisa sebarkan ke warganya tentu kan ada group WA, masyarakat bisa mengakses itu, bisa melihat anak yang putus sekolah apakah ada namanya di situ, lalu dia isi kuisioner,” jelasnya.
Kata Tamrin, secara keseluruhan tujuan dari kegiatan ini untuk mengakomodir seluruh anak putus sekolah, termasuk pedagang asongan anak yang kerap masih ditemukan di beberapa titik di Tarakan. Jika diketahui putus sekolah dan masih berusia di kisaran 7 tahun sampai 18 tahun, maka harus dimasukkan dalam database aplikasi.
“Jadi bukan SD dan SMP saja tapi SMA juga karena kami sediakan paket C juga dikelola Disdik melalui Sanggar Kegiatan Belajar. Harapannya hasil pemetaan tadi bisa melihat di sistem, kesulitan apa anak-anak kita, pembiayaan misalnya. Harapan kami melalui kebijakan Pemkot mudahan menyediakan biaya operasional pendidikan khusus pendidikan non formal,” terangnya.
Penulis: Ade Prasetia
Editor: Yusva Alam