TANJUNG SELOR – Dinas Pariwisata Kalimantan Utara (Kaltara), akui pengembangan budaya di Bumi Benuanta menunjukkan tren positif.
Hal itu dilihat dari keikutsertaan dalam gelaran hari jadi Kaltara yang ke-11 tahun. Tercatat, ada sebanyak 24 etnis yang dikutsertakan dengan menampilkan beragam budaya berdasarkan karasteritik masing-masing.
Kepala Dinas Pariwisata Kaltara, Njau Anau saat dikonfirmasi mengatakan, pertunjukan kresi budaya yang ditampilkan pada momentuim peringatan hari jadi Kaltara, merupakan salah satu ajang promosi budaya ke khalayak luas.
“Ada pertumbuhan positif dalam pengembangan budaya di Kaltara, dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun 2023 ini, ada sebanyak 24 etnis budaya yang ditampilkan,” ungkapnya, Jumat (3/11/2023).
Semangat masyarakat yang tampil dan ikut menyaksikan penampilan tarian khas daerah, tergolong tinggi. Animo masayarakat ini yang harus tetap dipertahankan dan ke depan akan terus dibenahi dari sisi persiapan sehingga hasilnya lebih optimal.
“Bagimana menampilkan dan terus mewariskan budaya ini kepada generasi baru, tentu ini menjadi potensi dan modal wisata Kaltara, secara khusus untuk wisata budaya,” tukasnya.
Dia melihat, adanya pergeseran budaya saat ini. Maka, potensi yang ada perlu terus dikembang optimalkan supaya menjadi potensi serta bernilai ekonomi untuk pendapatan bagi daerah.
“Kearifan budaya lokal, terus kita dorong. Supaya dapat memicu orang bisa datang menyaksikan gelaran budaya yang dilaksanakan setiap setahun sekali,” jelasnya.
Kemudian, disela pameran itu tentu ada berbagai event budaya yang melibatkan masyarakat desa, salah satunya dengan gelaran pentas seni yang menampilkan tarian budaya,perlombaan mancing,fashion, serta pameran kuliner.
Sedangkan, untuk pentas seni berupa drama, kata dia itu tergantung daripada peserta yang ditampilkan. “Itu biasanya dilakukan setelah masa panen, dan biasanya dilaksanakan setiap Bulan Mei tiap tahun,” ucapnya.
Seiring berjalannya waktu, perkembangan budaya bakal tergerus jika tidak ditanamkan sejak dini bagi generasi penerus. Seiring dengan kemajuan zaman dan perkembangan teknologi. Disamping itu, satu hal penting yang harus dijaga dalam merawat budaya yaitu ke originalnya.
“kita ingin menunjukkan, bahwa budaya kita ini, memiliki kekhasan dan keaslian masing-masing,” urainya.
Hal tersebut, juga menjadi cara untuk menciptakan persaingan budaya yang dilakukan secara sehat. Serta memastikan, sekecil apapun suku yang ada di Indonesia pasti memiliki jati diri dan keunikan yang dimiliki. “Kita dorong dan memastiakan, kepercayaan diri itu terus bertumbuh, tanpa melupakan keaslian tiap budaya yang dimiliki,” tandasnya. (tin/and)
Editor: Andhika