spot_imgspot_imgspot_imgspot_img
spot_imgspot_imgspot_imgspot_img

Tiga Daerah di Kaltara Mengalami Kenaikan Harga Bapok, Cabai Semakin Pedas

FENOMENA kenaikan harga bahan pokok (Bapok) menjelang pergantian tahun sepertinya menjadi hal yang lumrah terjadi. Seperti di tiga daerah yang ada di Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara), yakni Bulungan, Tarakan dan Nunukan.

Diketahui, harga cabai rawit di Nunukan meroket hingga Rp 200 ribu per kilogram sejak beberapa hari terakhir. Kondisi tersebut akibat tingginya harga jual cabai rawit di Sulawesi yang saat ini menyentuh angka Rp 150 ribu per kilogramnya.

Pedagang bahan pokok di Pasar Inhutani, Samsul Beddu (38) membenarkan lonjakan harga yang cukup tinggi terhadap komoditi cabai rawit. 

“Berapa hari lalu itu Rp180 ribu tapi sekarang sudah naik lagi sampai Rp200 ribu,” ujar Beddu Jumat (29/12/2023).

Dijelaskan Beddu, semakin pedasnya harga cabai rawit akibat tingginya permintaan pasar, sementara harga barang dari Sulawesi hingga kini belum menunjukkan penurunan.

Harga sejumlah bapok di Kaltara terpantau naik menjelang tahun baru.

“Faktor utamanya karena kekeringan sejumlah ladang pertanian di Sulawesi Selatan,” ujarnya.

Sementara itu, Fungsional Pengendalian Barang Dalam Negeri, Dinas Koperasi Usaha Mikro Kecil Perindustrian dan Perdagangan (DKUMKPP) Nunukan, Abdul Rahman menyampaikan, kenaikan sejumlah barang pokok di Nunukan terjadi lantaran dampak El Nino yang masih melanda daerah champion atau daerah penghasil, khususnya di Sulawesi Selatan. 

“Kalau kenaikan ini karena memang banyak hasil pertanian khususnya cabai mengalami gagal panen. Sehingga pedagang besar di Sulawesi Selatan menaikkan harga jualnya hingga Rp150 ribu,” ungkap Rahman.

Rahman berharap kondisi ini tidak berlangsung lama, mengingat pada Januari 2024 mendatang daerah Sulawesi telah memasuki musim penghujan.

“Semoga Januari itu sudah kembali normal dan stok cabai di Nunukan juga kembali berlimpah sehingga harga bisa lebih murah lagi,” harapnya.

Dikatakan Rahman, produksi cabai lokal hingga saat ini juga belum dapat memenuhi kebutuhan pasar hari ini, selain jumlahnya terbatas harga cabai lokal terbilang cukup tinggi kebanding cabai asal Sulsel.

“Kalau dari Sulawesi betul-betul kosong, biasanya baru masyarakat itu beralih ke cabai lokal. Hanya kalau masih ada yang dari Sulawesi kebiasaan masyarakat itu yang mereka beli. Karena pedagang di pasar juga lebih memilih menjual cabai dari Sulawesi yang masih terbilang murah dibandingkan lokal,” imbuhnya.

Tak hanya di Nunukan, kenaikan harga sejumlah bahan pokok penting (Bapokting), di Pasar Induk Tanjung Selor juga terpantau melambung tinggi.

Salah satunya komoditas jenis cabai. Teranyar, harga cabai rawit saat ini mencapai Rp 150 per kilo. Padahal, kurang lebih tiga pekan lalu, harga komoditi tersebut masih di jual seharga Rp 80 ribu per kilo gram.

Salah seorang pedagang, Zulfia yang telah berjualan hampir 5 tahun lamanya di Pasar Induk, mengaku jika harga komoditi lombok tersebut merupakan akibat daripada ketersediaan.

“Harganya naik tunggi hampir sebulan terakhir. Mungkin dikarenakan stok yang terbatas,” ucap Zulfia, saat disua oleh media ini, Jumat (29/12/2023).

Selama berjualan, dirinya mengambil jenis cabe itu dari berbagai tangan. Kadang, didatangkan dari Km 57 perbatasan antara Berau-Bulungan, dan juga diambil dari Satuan Pemukiman (SP) di Kecamatan Tanjung Palas.

“Saya mengambil tergantung harga mereka jual, karena kita berdagang tentu mencari keuntungan, namun belakangan ini komoditi cabe ini banyak diburu konsumen, bahkan setinggi ini pun harganya, masih banyak peminat,” katanya.

Suasana pembeli ayam di Pasar Induk Tanjung Selor.

Sedangkan, di lapak terpisah Andi Arun seorang pedagang ayam ras mengaku untuk ayam yang dijualnya mengalami kenaikan. Namun, masih tergolong standar karena tidak signifikan. “Daging ayam yang kami jual seharga Rp 53 ribu per kilo. Kalau bulan lalu, kita jual seharga Rp 50 per kilo, iya termasuk ada kenaikan namun kami anggap ini standar,” ungkapnya.

Dia yang ditemani oleh istrinya berjualan akui, bahwa ayam yang mereka jual merupakan pengambilan ternak yang berlokasi di Jalan Cendana Tanjung Selor. “Kita ambil di Jalan Cendana mas, dan untuk tempat lain biasanya hampir sama,” jelasnya.

Dia akui, H-1 tahun baru tidak ada lonjakan pembeli dibandingkan tahun sebelumnya. Malahan, terkesan datar kurang lebih dengan hari biasanya. “Untuk pembeli sama aja mas, tidak serame tahun sebelumnya. Tahun lalu, H-1 menuju tahun baru jualan kita laris, kalau saat ini, Iya Alhamdulillah aja mas,” kilasnya.

Sementara itu, pedagang lainnya Yuli mengakui komoditi yang alami kenaikan selain cabe, ayam juga gula. “Gula juga naik mas, dari sebelumnya kami jual Rp 17 ribu, sekarang naik menjadi Rp 19 ribu satu kilo, bahkan ini terjadi kurang lebih dua minggu yang lalu,” terangnya.

Tidak hanya itu, komoditi jenis Beras juga ikut naik. Bahkan, beras jenis Restoran yang isi 10 kilo sebelumnya dijual sekitar 190 sekitar mencapai Rp 200 bahkan lebih.

“Kenaikan ini menjadi perbincangan antara penjual dan pembeli. Bahkan, biasanya pembeli menawarkan dengan harga sebelumnya. Kami tidak bisa menyepakati, karena dari agen sudah dinaikkan harganya. Kondisi ini berpotensi terjadi larinya konsumen yang tadinya biasa berlangganan,” keluhnya.

Hal serupa juga terjadi di Kota Tarakan. Diketahui, harga cabai, bawang dan beras terpantau tinggi, setelah libur Natal 2023 dan menjelang Tahun Baru 2024. Hal itu didapatkan berdasarkan penelusuran mediakaltimtara.com di pasar Gusher, Jumat (29/12/2023).

Pedagang Pasar Gusher, Ana (36) mengatakan, untuk harga lombok saat ini mengalami kenaikan, dari yang sebelumnya Rp 130 ribu per kilogram naik menjadi Rp 160-180 ribu per kilogram. Kenaikan harga ini sudah berlangsung sejak dua minggu lalu.

Menurutnya, hal ini terjadi karena faktor cuaca yang menyebabkan penurunan jumlah produksi di tingkat produsen. Kendati terjadi kenaikan, namun belum terjadi penurunan jumlah pembeli. Sementara untuk harga ayam kotor atau belum dibersihkan berada di harga Rp 37  per kilogram dan harga ayam bersih Rp 42 ribu per kilogram. Harga  tersebut tidak mengalami kenaikan.

Sementara itu, pedagang sembako, Wahyu (27), mengatakan harga beras di Pasar Gusher saat ini mencapai Rp 17 ribu per kilogram untuk kategori premium seperti Beras Lahap dan Naga. Kemudian untuk besar Bulog harganya sebesar Rp 12 ribu per kilogram.

Sejumlah komoditi yang ada di Pasar Gusher, Kota Tarakan.

Harga ini tidak mengalami kenaikan dan masih sama dengan minggu lalu. Namun harga ini terbilang tinggi karena beberapa bulan lalu harga beras premium sekitar Rp 14-15 ribu.

Kenaikan harga juga terjadi pada bawang merah, dari harga normal 30.000 per kilogram menjadi 40.000 per kilogram. Sedangkan untuk telur tidak mengalami kenaikan, untuk ukuran sedang saat ini seharga Rp 58 ribu per piring, sementara harga telur jumbo saat ini adalah Rp 62 ribu per piring.

Dia mengatakan, meskipun harga-harga mengalami kenaikan namun stok masih tersedia. Kata dia, tidak ada penurunan omset hanya saja beberapa pelanggan mengeluhkan kenaikan tersebut.

Terpisah, Sub Koordinator Analis Ketahanan Pangan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Kaltara, Ami Artika mengatakan, untuk harga cabai di Kota Tarakan memang menjadi wilayah dengan harga tertinggi se-Kalimantan Utara.

Selain karena kebutuhan yang tinggi, hal ini juga disebabkan lantaran kapal yang membawa kebutuhan cabai lebih dulu mengantar ke Nunukan. Namun ditegaskannya secara nasional, penyebabnya karena musim hujan sehingga banyak yang gagal  produksi.

“Harga cabai lebih murah di Nunukan karena kapal langsung ke sana duluan baru ke Tarakan sehingga harganya memang lebih tinggi,” ucapnya saat dikonfirmasi baru-baru ini.

Ia melanjutkan, untuk stok cabai dari Nunukan tidak bisa terdistribusi langsung ke Tarakan karena sudah terjadwal.

“Sudah ada juga cabai yang dikirim sampai ke Tarakan tapi itu berdasarkan jadwalnya. Sementara untuk daerah Bulungan, Malinau dan KTT mereka lewat darat,” papar Ami. (tin/apc/and)

16.4k Pengikut
Mengikuti

BERITA POPULER